Kuliah umum tanggal 13 Oktober 2017 dibawakan oleh Antonuis R. Pujo Purnomo, Ph.D. dari Universitas Airlangga. Kuliah umum ini membahas mengenai penelitian sejarah dan budaya, terutama sejarah Jepang yang ada kaitannnya dengan Indonesia dan Belanda pada tahun 1900an hingga 1920an. Fokus pembahasan adalah seputar perdebatan antara Nitobe Inazo dan Takegoshi Yosaburo tentang Hindia Belanda. Rumusan masalah penelitian beliau adalah bagimana cara pandang atau pemikiran Nitobe Inazo dan Takegoshi Yosaburo tentang Hindia Belanda. Kedua tokoh ini, Nitobe dan Takegoshi, pernah pergi ke Hindia Belanda.
Nitobe adalah keturunan Samurai, tetapi pernah belajar pertanian, dan budaya, kemudian kembali ke negaranya. Dalam Perang Jepang-China I, Jepang berhasil mendapatkan Taiwan. Karena itu, pada tahun 1902 pergi ke Taiwan. Akan tetapi, Taiwan adalah daerah yang kering. Nitobe berpikir sekiranya apa yang bisa ditanam di daerah kering seperti Taiwan. Nitobe menemukan bahwa gula bisa ditanam di sana, sehingga beliau pergi ke Jawa dan Batavia untuk mempelajari penanaman bibit gula. Pada tahun 1916, Nitobe menjadi profesor di bidang kebijakan kolonial.
Takegoshi adalah seorang jurnalis, pernah menjadi majelsi selama lima kali. Takegoshi mempelajari sejarah, dan penah menulis buku sejarah Jepang.
Dalam riwayat hidup tokoh, terlihat tokoh pernah pergi ke Indonesia. Untuk itu, beliau mencari artikel mengenai Nitobe Inazo, melihat pada berbagai data, data kunjungan 1902, lihat ke Takushoku Daigaku, kemudian kunjungan 1916, lihat di Koran Asahi. Bahkan mencari data berbahasa Belanda.
Bapak Pujo juga melihat buku tulisan Takegoshi yang berjudul “Nangokuki”. Isi bukunya cukup provokatif, karena menyebutkan bahwa Jepang jangan hanya bergerak ke Utara, pergi ke Manchuria, Siberia, dan lain-lain. Akan tetapi, seharusnya pergi ke Selatan “Sato-gaeri” juga. Apalagi, pada 1902 sudah ada etika politik etis, akan tetapi tidak serta merta prakteknya baik, sehingga dirasa lebih baik pergi ke selatan. Selain itu, ada juga pertentangan antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Contohnya pada saat pendudukan di Indonesia pun, ada pembagian yaitu Kaigun atau Angkatan Laut menguasa daerah Bali ke timur, dan Rikugun atau Angkatan Darat menguasai dari Jawa ke bagian barat.
Karena buku Takegoshi itu, timbul berbagai reaksi dari Belanda, apalagi saat itu beliau merupakan anggota parlemen. Karena posisi Takegoshi yang merupakan anggota parlemen, pendapatnya cukup didengar oleh pada petinggi Jepang. Tampaknya, buku yang dibuat Takegoshi memiliki pengaruh terhadap Jepang yang pada akhirnya menduduki Hindia Belanda. Namun, pemicu utama Jepang masuk ke Indonesia adalah karena embargo dari Amerika, sehingga Jepang bergerak mencari minyak mentah ke Kalimantan. Karena itu, mulailah Jepang menguasai Hindia Belanda. Pada tahun 1942, akhirnya Jepang bisa menguasai Hindia Belanda.